Laman

Jumat, 27 Mei 2011

Pengecut-pengecutku


Dengan lantang kuucapkan
“Turut berdukacita atas berpulangnya rasa persaudaraan kita
Semoga tetek bengeknya diterima disisi-Nya”

Menaklukkan saudara-saudara alam
Menghirup setiap saripati udara dingin
Membeku bersama para hujan
Terlelap dalam ribaan pepohonan
Maka kitapun melambung bersama
“Ah, kau pengecut” katamu

Menelusuri cerita pada rimbun belukar
Menitipkan memori pada embun dingin
berkelakar pada dingin malam
Mengabadikan setiap moment standar pada kamera-kamera
Membuatnya terlihat menantang
Lantas kau ucapkan dengan bangga
“Aku bertaruh nyawa”

Sungguh,
Aku menahan tawa yang amat sangat
Bagaimana mungkin bertaruh nyawa
Kita bahkan tidak bertaruh sama sekali
Rawamangun, 4 April 2010 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar